Tarian

Mengenal Landek - Gerak Tari Suku Karo

4

Landek sebagai Gerak Tari Khas Suku Karo

Keterangan foto : Penampilan sanggar binaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo membawakan sebuah tari tradisional Karo "Tari Lima Serangkai".

     Indonesia memiliki beragam tarian tradisional yang merupakan warisan budaya yang memiliki makna yang tersirat di dalamnya dan diwariskan secara turun temurun. Gerak tari tersebut pada masing-masing etnis ataupun suku-suku yang ada di Indonesia mempunyai penyebutan yang berbeda satu sama lainnya. Suku Toba misalnya gerakan tariannya disebut dengan "tor-tor". Begitu juga dengan suku Karo mempunyai istilah tersendiri terhadap gerak tarinya.

Gerak tari pada suku Karo disebut dengan "landek". Landek adalah sebuah gerak tari tradisional suku Karo yang mencerminkan gaya hidup, sosial budaya masyarakat Karo dan memiliki hubungan historis dengan kehidupan sosial budaya pada suku Karo. Selain itu, lewat "landek" juga dapat menyampaikan maksud dan tujuan seseorang.

 

Jenis dan Karakteristik Landek 

     Secara umum dapat dijelaskan secara singkat, bahwasanya landek dapat dibagi dalam beberapa jenis, yakni:

  • Landek untuk kegiatan upacara
  • Landek untuk kegiatan sayembara
  • Landek untuk kegiatan adat
  • Landek untuk kegiatan guro-guro aron

Sedangkan bila ditinjau dari segi karakteristik sifatnya dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :

  1. Karakteristik landek untuk kegiatan upacara berdasarkan sifatnya adalah  ritual, pemujaan, alamiah, magis dan sakral;
  2. Karakteristik landek untuk kegiatan sayembara berdasarkan sifatnya perlombaan, estetis, kreasi, motivator dan terkonsep;
  3. Karakteristik landek untuk kegiatan adat berdasarkan sifatnya adalah tradisi, kekerabatan;
  4. Karakteristik landek untuk kegiatan guro-guro aron berdasarkan sifatnya adalah ekspresif, estetis, komunikatif dan interaktif.

Filosofi Landek

     Ada sebuah hal yang penting untuk diketahui dalam tarian Karo landek, yakni "uga gendangna, bage endekna". Kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia, kurang lebih artinya adalah bagaimana sebuah tempo ataupun alunan musik yang mengiringi sebuah tarian, begitu juga gerakan (endekna) disesuaikan. Jika tempo musik lambat, maka gerakan tari juga lambat. Begitu juga bila tempo musik ditingkatkan, maka gerakan (endekna) juga ditingkatkan.

Dalam istilah musik dan tarian Karo sering dikenal istilah "odak-odak" dan "patam-patam". Odak-odak merupakan kombinasi musik dan gerak tari dengan tempo sedang, dan patam-patam kombinasi musik dan gerak tari dengan tempo yang sedikit lebih cepat dibandingkan dengan odak-odak.

 

Beberapa Aturan dalam Landek

     Dalam "landek" bukan hanya sekadar menari semata, tetapi juga ada beberapa hal di dalamnya yang harus dipatuhi oleh pasangan landek, seperti:

  • Jarak antara penari dengan pasangannya boleh berdekatan, tetapi tidak dibenarkan untuk bersentuhan;
  • Untuk mengikuti sebuah acara landek lewat kegiatan upacara adat, sayembara, ritual ataupun gendang guro-guro aron, baik penari pria ataupun wanita wajib menutup bagian tubuhnya dari bagian tengah ke bawah dengan menggunakan kain sarung atau sejenisnya;
  • Pasangan pria dan wanita tidak boleh dalam kondisi "dilarang" (tabu) seperti tidak semerga antara pria dan wanita, dan bukan dalam hubungan kekerabatan yang secara adat istiadat Karo dilarang untuk berkomunikasi (erturangku).

 

Beberapa Makna dari Gerak Tangan pada Tari Karo "Landek"

(Keterangan video di atas adalah Sebuah Atraksi Hiburan Gendang Guro-Guro Aron pada Acara Pertunjukan Seni Budaya Kelurahan Gung Negeri pada Desember 2024)

Ada beberapa gerakan tangan dalam er-landek, dan itu bukan hanya sekadar menggerakkan tangan semata. Begitu banyak filosofi hidup yang dimaksudkan dalam gerakan tangan tersebut. Secara umum, gerakan tangan pada landek tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

  1. Gerakan tangan kiri ke atas dan tangan kanan ke bawah, ini melambangkan bahwasanya seorang penari tersebut sedang berpikir;
  2. Gerakan tangan kanan ke atas dan tangan kiri ke bawah, menggambarkan dalam kehidupan ini harus saling tolong menolong;
  3. Gerakan tangan kanan dan kiri ke depan, ini menggambarkan masing-masing penari untuk menahan diri dan tidak boleh saling mendekat dikarenakan belum saling kenal (secara adat istiadat Karo sering disebut dengan istilah "ertutur");
  4. Gerakan tangan menerima, ini menandakan bahwasanya lawan pasangan penari siap untuk saling berkenalan (ertutur);
  5. Gerakan tangan yang berputar dan mengepal, sebuah penandaan bahwasanya sudah ada terjalin hubungan yang baik (kokoh).

Dari uraian gerak tangan dalam landek tersebut di atas, sebenarnya sudah dapat menggambarkan bagaimana karakteristik suku Karo umumnya dan itu menjadi jati diri kita yang seyogyanya harus dijaga dan dipertahankan.

 

Gambaran Kondisi Landek pada Masa Kini

Banyak sekali atraksi budaya seperti gendang guro-guro aron, mburo ate tedeh dan atraksi lainnya yang  sering dilaksanakan oleh masyarakat Karo di mana pada atraksi budaya tersebut mewajibkan tamu yang hadir untuk ikut serta menari bersama. Hanya saja, belakangan ini generasi muda sudah tidak paham lagi aturan-aturan yang ada dan gerak tangan sembarangan yang tidak mengikuti bagaimana seharusnya menari yang baik dalam aturan dan norma adat istiadat Karo.

Melalui ulasan ini, penulis berharap agar generasi muda dapat paham dan mengerti bagaimana seyogyanya "landek" dalam sebuah atraksi budaya seperti gendang guro-guro aron ataupun acara reunian "mburo ate tedeh". Lestari budaya negeri, salam mejuah-juah.

(Alexander Ginting)

4

Postingan Terkait / Lainnya

Tarian
Pertarungan Dua Pandikar Tarian
Ndikkar
Tarian
Respon (Komentar)