Ndikkar
MENGENAL “NDIKKAR” - SENI BELA DIRI KHAS KARO
Suku Karo selain memiliki kekayaan budaya dan kearifan lokal, juga memiliki seni bela diri (pertahanan) khas yang diberi nama “ndikkar”. Dan seseorang yang menguasai seni bela diri ndikkar tersebut dijuluki dengan sebutan “Pandikkar”.
Dua Pandikar yang sedang melakukan pertunjukan dalam kebolehannya dalam seni beladiri (pertahanan) khas Karo ini disebut dengan "ermayan". Secara gambaran umum, ndikkar sendiri sebenarnya hampir menyerupai seni bela diri khas Indonesia "pencak silat." Adapun yang membedakannya adalah pada "ndikkar" selain gerak jurus bela diri ada juga dilakukan bebarapa atraksi gerak tarian Karo. Sedangkan, pada pencak silat gerak tari hampir jarang sekali ditemukan atraksi tarian saat terjadi pertarungan antara dua pesilat dan juga jarang ditemukan alunan musik yang mengiringi terjadinya sebuah pertarungan pencak silat.
Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwasanya dalam dalam praktiknya pada saat pertarungan dua orang "pandikkar" ada gerak tarian yang juga dilakukan dalam “ndikkar”. Pertunjukan seni bela diri "ndikkar" ini selalu diiringi dengan alat musik tradisional Karo seperti sarune, kulcapi, keteng-keteng, gong, gendang dan alat musik tradisional Karo lainnya. Oleh sebab itu, kadang ndikkar dianggap lebih mirip sebuah pertunjukan seni tarian ketimbang pertunjukan bela diri.
Gambaran Umum Proses Pertunjukan Seni Bela Diri "Ndikkar"
Pertunjukan seni bela diri "ndikkar" sepenuhnya diatur oleh iringan musik tradisional Karo yang mengiringinya. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa gerak "ndikkar" itu sendiri menyesuaikan dengan alunan musik yang sedang berjalan.
Pertarungan kedua “pandikkar” dimulai dengan tempo musik yang lamban, di mana kedua “pandikkar” tersebut saling memberikan salam hormat kepada lawannya masing-masing, lalu selanjutnya menggunakan beberapa jurus dan tarian sembari mengintip kelemahan dan kekurangan lawan. Ketika tempo musik mulai ditingkatkan, kedua “pandikkar” akan saling menyerang dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya.
Setelah beberapa saat bertarung, alunan musik pada akhirnya berangsur semakin melambat, dan kembali ke tempo awal. Pergerakan kedua “pandikkar” juga ikut melambat, dan akhirnya ditutup dengan gerakan saling memberikan penghormatan kepada lawan.
Secara umum ada sekitar 48 jurus ndikkar ini, yang terdiri dari atas: Jurus Pertahanen, Langkah 2, Langkah 7, Tare-Tare Bintang, Jile-Jile Sarudung, Pertahanen Harimau, Pertahanen Pedi, dan Teknik Dapat Buang Lepas.
Seni Bela Diri "Ndikkar" pada Masa Kini
Tidak jauh berbeda dengan adat istiadat, tarian, kebiasaan, ataupun atraksi budaya Karo lainnya yang perlahan-lahan semakin kurang diminati seiring perkembangan zaman, begitu juga dengan "ndikkar". Masyarakat, khususnya generasi muda Karo, saat ini semakin kehilangan minat untuk menekuni bela diri “ndikkar” karena generasi muda lebih cenderung tertarik menekuni bela diri modern seperti karate, wushu, taekwondo dan beladiri lainnya.
Salah satu penyebabnya, mungkin dikarenakan dalam seni bela diri ndikkar ini ada perpaduan antara tarian dan bela diri sehingga bagi generasi muda terkesan cenderung kurang menarik dan membosankan, sehingga lebih menggeluti seni bela diri yang lebih modern. Terlebih lagi, memang sudah sangat sulit menemukan sebuah perguruan "ndikkar", kalau pun masih ada, keberadaannya sudah tidak banyak lagi di Kabupaten Karo.
Namun, belakangan ini "ndikkar" mulai perlahan-lahan "dihidupkan" kembali, salah satunya dengan menghadirkan "ndikkar" dalam kegiatan/ event Pemerintah Kabupaten Karo ataupun pihak perorangan/badan usaha swasta. Tak jarang terlihat dalam sebuah kegiatan/ event ada tarian "pengalo-ngalo" (tarian penyambutan tamu) yang dibawakan oleh seorang ataupun dua orang "pandikar".
Kegiatan penyambutan tamu kehormatan dalam sebuah kegiatan/ event oleh "pandikkar" ini juga menjadi sebuah terobosan baru untuk memperkenalkan "ndikkar" kepada masyarakat luas. Semoga dengan semakin sering dilibatkannya pertunjukan seni bela diri "ndikkar" ini dalam kegiatan/ event yang ada di Kabupaten Karo, akan membawa angin segar terhadap keberlangsungan "ndikkar" ke depannya.
Keterangan video di atas adalah pertunjukan seni ndikkar antar dua generasi, yakni Pak Sembiring, seorang penggiat ndikkar dari Kelurahan Gung Negeri, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo dengan seorang pemuda Merga Ginting, di mana mereka berdua tergabung dalam Sanggar Seni Budaya Gung Negeri, Kabanjahe.
(Alexander Ginting)