Budaya

Batang Kayu Jabi-Jabi

2
1
Batang Kayu Jabi-Jabi di Desa Lingga (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Batang Kayu Jabi-Jabi di Desa Lingga (Dokumentasi Pribadi)

Desa Lingga merupakan salah satu desa wisata di Kabupaten Karo selain Desa Dokan. Banyak peninggalan adat istiadat dan budaya yang masih tersisa di sini. Walapun pada kenyataanya yang peduli akan keberadaannya tinggal segelintir saja. Mungkin jika tidak digali lagi dan dilestarikan, peninggalan adat istiadat dan budaya itu bisa jadi hanya tinggal nama. Tidak ada lagi "durma" yang dulu benar-benar memelihara kearifan lokal.

Memang masih ada yang peduli, tapi jika hanya berdiri sendiri tentunya tidaklah kokoh. Seberapalah kekuatan kedua tangan dan satu fikiran saja. Namun, mengingat usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil jadi semangat '45 itu bolehlah dibangkitkan kembali.

Desa Lingga dipimpin oleh seorang "pengulu kuta" yang sangat humble dan punya jiwa sosial yang tinggi. Beliau sering disamakan dengan mantan presiden kita, bapak Joko Widodo yang juga terkenal dengan jiwa sosialnya.

Memang ada banyak perubahan yang sudah beliau lakukan, terutama di sepanjang gang desa sudah dibuat plang sesuai dengan nama "kesain" tersebut di zaman dahulu. Sebagai contoh Kesain Rumah Tualah, Kesain Rumah Munte dan lain-lain. Beliau sangat menginspirasi dan menjadi salah satu tokoh motivator yang selalu mendukung saya yang memang sangat mencintai dunia seni.

Salah satu jalan perladangan yang beliau gagas dengan nama aslinya adalah jalan Juma Tiga Lingga, tepatnya jalan menuju ke arah Desa Ndokum Siroga. Simpang ketiga setelah simpang Desa Lingga dan Simpang Desa Lingga Baru. Itu merupakan sebuah jalan setapak yang dikelilingi oleh batang kayu jabi-jabi (pohon beringin) yang sangat besar.

Aku harus melewatinya untuk sampai di perladangan kami, Juma Tiga Lingga. Kecuali jika aku memilih untuk menaiki angkutan umum pedesaan "Rio" dari arah Kabanjahe menuju Desa Ndokum Siroga, barulah bisa langsung turun persis di depannya. 

Jujur, hawa mistis langsung terasa jika kita sudah masuk ke kawasan tersebut. Namun, kami sudah membiasakan diri karena sedari kecil sudah terbiasa melewatinya. Pohon beringin tersebut ternyata mempunyai sejarah dan menyimpan cerita yang sangat menyedihkan. Bahkan nini Biring kami dulu yang menceritakannya kepada kami sebagai pengantar tidur juga sampai meneteskan air mata.

Batang jabi-jabi tersebut melambangkan perkawinan sedarah salah satu marga terbesar di desa ini, yaitu marga Sinulingga. Konon, beru Sinulingga sedang berteduh di dangau karena hujan deras. Kalau pun ingin pulang, tidak mungkin rasanya, karena hujan turun dengan sangat deras disertai petir yang sambung-menyambung. Biasanya jika hujan turun sangat deras maka tidak akan berlangsung lama, tapi kali ini hujannya tak kunjung berhenti.

Sampai seorang pemuda yang juga bermarga Sinulingga terpaksa berteduh di dangau yang sama dengan si beru Sinulingga. Singkat cerita, mereka terus bercakap-cakap hingga tak terasa malam pun tiba. Diceritakan juga bahwa sebelumnya mereka pun sudah pernah bertemu beberapa kali.

Mungkin karena pengaruh suasana dan kondisi hujan yang tak kunjung berhenti, didukung oleh cuaca yang semakin dingin, maka terjadilah hubungan semarga antara si marga Sinulingga dan si beru Sinulingga. Petir sambar-menyambar (kilap sumagan, bhs. Karo) dan murkalah Tuhan (Dibata, bhs. Karo) sehingga mereka berubah menjadi batang kayu jabi-jabi. Rambut si beru sinulingga yang panjang masih terlihat menjuntai dalam bentuk akar gantung batang jabi-jabi tersebut.

Ceritanya benar-benar dramatis, tapi tidak patut untuk ditiru. Hubungan semarga, walaupun bukan hubungan sedarah, tetap pantang dan tidak diperbolehkan dalam suku Karo. Tradisi dan nilai-nilai budaya ini juga merupakan salah satu kekayaan kita sebagai warga Indonesia. "Turang" merupakan istilah dalam bahasa Karo untuk laki-laki dan perempuan yang memiliki marga yang sama walaupun tidak mempunyai ikatan darah, dan tidak boleh menikah dalam satu marga.

Pesan yang dapat kita ambil dari kisah asal usul batang kayu jabi-jabi di atas, kendalikanlah keinginan duniawi dan perbanyaklah ibadah.



Keterangan arti kata:
durma: wibawa
pengulu kuta: kepala desa
humble: rendah hati, membumi
kesain: kesatuan wilayah yang merujuk pada pembagian wilayah desa berdasarkan marga yang menempatinya
Rio: merek salah satu angkutan pedesaan di Kabupaten Karo
nini Biring: panggilan untuk nenek dalam bahasa Karo dari keluarga (marga) Sembiring
beru: sebutan marga untuk wanita (diberu) dalam bahasa Karo

2
1

Postingan Terkait / Lainnya

Budaya
Budaya
Budaya
Arca Peninggalan Agama Hindu di Desa Bintang Meriah (Dokumentasi Pribadi) Budaya
Dokumentasi Rumah Adat Sibelang Ayo (Dokumentasi Pribadi ) Budaya
Respon (Komentar)