HIGHLANDS SCHOOL KABANJAHE
Bagian 1
Penulis sangat beruntung memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seorang yang mengetahui sejarah yang sangat berharga bagi daerah Kabupaten Karo. Penulis tidak pernah menyangka jika di tahun 1900-an, kota Kabanjahe sudah sangat maju dan sudah ada sekolah internasional di Kabanjahe. Boleh dikatakan sekolah ini merupakan sekolah internasional yang pertama di Indonesia. Akhir-akhir ini, banyak informasi di Tiktok mengenai sekolah internasional ini, dan lebih dari 10 tahun yang lalu, penulis pernah menulis mengenai informasi ini yang dipublikasikan terbatas hanya untuk pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karo. Pada kesempatan ini, penulis ingin membagi informasi mengenai Highlands School yang penulis peroleh langsung dari siswa yang pernah bersekolah di sekolah internasional tersebut.
Hal ini berawal ketika seorang warga negara Australia yang bernama Susan Cookson datang berkunjung ke kantor Camat Kabanjahe pada tanggal 05 Januari 2009. Tujuan kunjungan tersebut adalah untuk memperoleh informasi mengenai seseorang yang bernama Aris yang tinggal di Kabanjahe. Dengan berbekal sebuah foto keluarga yang diambil sekitar tahun 1950-an, kami berusaha untuk mencari jejak keluarga tersebut. Setelah pencarian yang cukup melelahkan, akhirnya kami menemukan keturunan Aris yang masih tinggal di Kabanjahe.
Pertemuan yang sangat mengharukan walaupun keturunan almarhum Pak Aris belum pernah bertemu dengan Susan Cookson. Keturunan Pak Aris mengetahui dengan pasti mengenai keluarga Cookson karena semasa Pak Aris masih hidup, beliau selalu bercerita mengenai Highlands School. Dari pertemuan ini, penulis mengetahui bahwa almarhum Pak Aris merupakan pegawai yang ditugaskan untuk mengantar surat untuk anak-anak di Highlands School dan juga dipercaya untuk mengelola seluruh area yang ditinggalkan oleh keluarga Cookson pada saat keluarga Cookson pindah ke Australia.
Penulis sangat penasaran dengan cerita di balik pertemuan ini dan meminta kepada Susan Cookson untuk membagikan kisahnya yang menarik. Penulis merasa wajib membagikan informasi ini agar masyarakat Kabanjahe mengetahui bahwa dahulu pernah ada sekolah internasional di Kabanjahe.
Awal Berdirinya Highlands School
Highlands School Kabanjahe adalah sekolah asrama swasta bertaraf internasional yang pertama di Indonesia. Sekolah ini didirikan oleh pasangan suami istri William Stanley Cookson dan Bernice, keduanya berkebangsaan Inggris. Tujuan awal sekolah ini adalah untuk mendidik anak-anaknya dan anak-anak Dr. Paneth yang merupakan dokter yang mengelola sanatorium di Kabanjahe untuk rehabilitasi penyandang tuberklosis (TBC). Dengan kerja sama antara William Cookson dan Dr. Paneth maka berdirilah Highlands School di Kabanjahe dengan luas tanah sekitar lima belas hektar dengan hak sewa 99 tahun yang disahkan oleh Pemerintah Belanda.
School di Kabanjahe (Dok. pribadi Susan Cookson)
William Cookson, awalnya bekerja di perkebunan karet ”Selama Dindings” Butterworth, Negara Bagian Perak, Malaysia. Setelah pensiun, ia memutuskan hidup di tempat yang lebih sehat, jauh dari hawa panas perkebunan karet Malaysia. Cookson akhirnya memilih dataran tinggi Taneh Karo atau Karolanden. Ia memilih tinggal di kota Kabanjahe sebagai tempat tinggal karena udaranya sejuk dan baik untuk pertumbuhan anak-anaknya. Dengan berbekal dana pensiun yang dia peroleh, dia mendirikan sekolah tersebut.
Foto William Cookson dan keluarga (anak kecil yang digendong William Cookson adalah
Susan Cookson yang datang berkunjung ke Kabanjahe)/ Dok. pribadi Susan Cookson
Berita dibukanya sekolah ini sampai kepada para ekspatriat asing di Sumatera, Singapura, hingga semenanjung Malaysia. Mereka tertarik untuk menyekolahkan anaknya di Highlands School dengan alasan tenaga pengajar dan kurikulumnya mengikuti standar Kerajaan Inggris. Kurikulum yang diajarkan mencakup silabus sekolah dasar dan menengah, termasuk matrikulasi masuk ke Universitas Cambridge. Selain itu, lebih baik menyekolahkan anak-anak mereka di Highlands School daripada di negara asal mereka karena akan terpisah jarak yang sangat jauh. Highlands School Kabanjahe tetap mempertahankan kontak dengan kerajaan Inggris, karena berafiliasi dengan Parents National Education Union.
Mayoritas murid di Highlands School Kabanjahe adalah anak-anak ekspatriat (pekerja asing) Inggris, selain itu, terdapat pula murid yang berkebangsaan Amerika Serikat, Swedia, Norwegia, Jerman, Belanda, dan Prancis. Para pengajarnya didatangkan dari Eropa dan Amerika.
Sekolah ini berkembang dengan pesat dan dapat menampung lebih dari seratus murid dan pegawai, dan sejumlah tenaga kerja lokal non pendidikan yang direkrut dari penduduk setempat. Bangunan-bangunan yang luas untuk sekolah tersebut didirikan di Kabanjahe sesuai dengan kebutuhan, dengan menggunakan para tukang lokal. Asrama dibuat terpisah untuk anak laki-laki dan perempuan di bawah pengawasan kepala rumah tangga.
Sebuah bangunan yang dikenal dengan nama Emm House (di seberang sekolah) disewa dan didiami oleh siswi perempuan senior. Tapi semua akomodasi dan fasilitas lainnya berada di area sekolah, termasuk tempat tinggal para pelayan yang dibuat terpisah. Disiplin dan ketertiban sekolah sangat ketat, berlandaskan kepada “trust and responsibility” (kepercayaan dan tanggung jawab) yang ditujukan untuk memastikan lingkungan yang nyaman di dalam sekolah. Bangunan sekolah ini menjadi ciri khas kota Kabanjahe yang sangat terkenal pada waktu itu. Bangunan sekolah ini terletak dekat dengan kantor pos dan gereja. Berdekatan dengan sekolah ini ada juga Hotel de Vries dan Hotel Tuan Glazer di mana orang tua murid yang datang mengunjungi anaknya tidak perlu khawatir mencari penginapan.
Setelah pecah perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941, atas permintaan orang tua murid, liburan Natal tahunan di Highlands School dibatalkan, sehingga anak-anak menghabiskan liburan hanya di lingkungan sekolah. Siswa-siswi tidak pulang ke negara asalnya. Mereka menghabiskan masa liburan dengan kegiatan olah raga santai dan hiburan. Perang kian meluas, dan Jepang akhirnya masuk ke Sumatera pada tahun 1942. Jepang masuk ke dataran tinggi Taneh Karo dan Kabanjahe diduduki. Area sekolah Highlands School dijadikan pangkalan militer oleh tentara Jepang. Beruntung seluruh siswa sudah dievakuasi ke Australia sebelum Jepang mencapai Kabanjahe.